Powered By Blogger

Selasa, 18 November 2008

TENTANG MASJID LAUTZE

MASJID DI TENGAH AROMA CAPCAI DAN PUYUNGHAY

08 November 2008

(Jakarta, bimasislam) Kebanyakan masjid di Indonesia berdiri kokoh dan megah dengan pengaruh kebudayaan kubah Timur Tengah. Berbeda dengan masjid satu ini, yakni Masjid Lautze yang berada di jalan Lautze no. 87-89 Jakarta Barat. Masjid ini tidak memiliki tampilan seperti kebanyakan tempat ibadah.

Namun, sejarah panjang tersimpan dari masjid yang didirikan 1991 silam oleh mantan Presiden BJ Habibie ini. Berawal dari sejumlah tokoh islam yang berasal dari ormas islam seperti NU, Muhammdiyah, Al-Wasliyah, Kahmi dan putra muslim keturunan cina Haji Karim Oei, (Ali karim Oei) membuat yayasan yang diberi nama Yayasan Oei Tjeng hien.Yayasan ini kemudian dikenal seagai Yayasan Haji Karim Oei, sebuah yayasan informasi Islam bagi WNI keturunan Cina yang beragama Islam.


Yayasan melihat Muslim kurang memperhatikan penyebaran dan pengetahuan Islam pada etnis minoritas Tionghoa. Lantas pada tahun 1993-1994 setelah terkumpul dana dipilihlah sebuah ruko di daerah pecinan jalan Lautze 87-89 untuk dijadikan mesjid."Perlu kerja keras untuk mengkontrak bangunan ini. Bahkan kami sempat menunggak bayaran bunga bank untuk mengontrak bangunan," ungkap Ali Karim Oei seperti dikutip Republika.

"Bisa dibilang Masjid Lautze merupakan masjid pertama di Indonesia yang mengontrak," ungkap Ali. Namun, menurut Ali,"Kalau kita ingin berbuat baik tidak perlu mejadi kaya terlebih dahulu," ujar Ali menambahkan. Ia menilai, keberadaan mesjid ini mempunyai peran vital yakni sebagai jembatan antara Islam dengan etnis tionghoa.

"Sekarang ini banyak warga keturuan menganggap Muslim identik dengan terorisme dan tukang kawin. Bahkan jika ada warga keturunan yang masuk Islam dianggap niat mau kawin lagi," ujar Ali. Menurut Ali kesalahan pemahaman seperti itu terjadi karena informasi seputar islam yang kurang d kaum Tionghoa.

"Adanya masjid seperti ini memungkinkan warga keturun non-muslim bertanya dan berdialog seputar keislaman," tegas Ali. Keuntungan lain menurut Ali, pemuka agama lain juga datang tanpa ada masalah sehingga Islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta terwujud.

Meski tampang berbeda, tapi seperti masjid kebanyakan, pengajian dan diskusi seputar agama islam selalu diadakan setiap hari minggu di sana. Masyarakat sekitar baik muslim maupun non-Muslim dapat bergabung. Berdasarkan keterangan Ali, Masjid ini menurut pengakuan Ali sudah mengislamkan hampir 1000 warga keturunan semenjak tahun 1995. "Sekarang sudah banyak mahasiswa dan anak muda yang masuk Islam," ungkapnya.

Memandang apa yang terjadi pada umat Islam sekarang, dia menilai umat Islam telah lupa kepada Al-quran dan Al Hadist."Sebenarnya ajaran islam tidak susah dijalankan. Kita saja yang membuat sulit," kata Ali. Islam itu, bagi Ali mengajarkan meletakan sesuatu pada tempatnya. "Agama jangan dipersulit," kata Ali menegaskan.

Dia sendiri berharap, dalam situasi ekonomi saat ini, warga keturunan tetap bersatu dengan warga negara indonesia lain untuk membantu negara. Ali berpandangan jangan melihat apa yang diberikan negara kepada kita, tapi apa yang kita berikan kepada negara.

Tidak ada komentar: